Apakah Tuhan lupa menolongku ?
Aku tak bisa melakukan apa yang bisa dilakukan teman seusiaku dengan mudah. Kondisi yang lemah membuatku sering keluar masuk rumah sakit. Sendirian di rumah tidak ada siapa-siapa, orang tua yang seharusnya disisiku selalu sibuk bekerja. Mereka bekerja keras demi kesembuhan dan masa depanku kelak. Tapi lain halnya disekolah aku termasuk kalangan anak yang populer. Meski tidak ada seorangpun yang tahu mengenai penyakit ini.
Ayah sangat khawatir dengan kondisiku. Sehingga datanglah Demon anak anjing mungil dan lucu seekor Golden berwarna putih, yang mana dalam waktu singkat tumbuh menjadi seekor anjing besar dengan tenaga yang tidak terkendali menjadikan seisi rumah dalam daerah bencana. Demon sangat nakal gagal dalam sekolah ketaatan, merusak sofa, mencuri makanan, menggulingkan tong sampah, merusak bantal, dan bunga. Bahkan buku sekolah milikku tidak luput dari kenakalannya.
“ Ayah sebaiknya kita jual saja Demon, dia bikin aku pusing.” Rengekku
“Dia baik untukmu.” Jawab ayah sambil membolak-balikan koran hari ini.”
“Baik apanya pokoknya besok ayah bawa Demon pergi dari rumah.”
Ayah hanya menggelengkan kepala dan sibuk dengan korannya. Aku berlalu pergi. Kebencianku semakin memuncak novel kesukaanku dibuat mainan
“ Kau ini benar-benar anjing nakal.” Bentakku
Penyakit yang bersarang ditubuhku sesaat muncul. Demon pergi meninggalkanku kesakitan di kamar sambil terduduk.
“ Pergi juga dia.” Batinku
Demon datang lagi. Aku mengusirnya, tapi dia tetap disana.
“ Kamu kenapa sih tak mau pergi?” sambil menahan sakit
“Guk…” Aku menghampirinya, tak kusangka disampingnya ada obatku.
“Terima Kasih.” Ucapku
Semanjak kejadianku itu aku dan Demon selalu bersama. Kadang-kadang mengajaknya lari pagi, memandikannya dan memberi makan. Berkat demon juga aku bisa tabah dengan penyakitku. Hal inilah membuat aku harus mengungkapkan penyakit ini ke teman-temanku.
Keesokan harinya mereka kuundang ke rumah. Setelah kupersilahkan duduk Demon yang tadinya tenang tiba-tiba menggongong sangat kencang, seperti tanda adanya bahaya. Pasti itu reaksi alaminya jika baru menganal seorang yang belum dikenal. Gonggongannya tidak berhenti, itu membuatku malu.
“ Demon…!? Jaga sikapmu, pergilah dari sini.” Sambil menunduk Demon berlalu pergi meninggalkan ruang tamu.
Aku membenarkan suara dan mulai menjelaskan mengenai penyakitku
“ Apa….” Kompak
“ Tolong maafkan aku sudah membohongi kalian selama ini.” Mereka saling berpandangan.
“Akhirnya kau jujur juga Clea.”
“ Apa maksud kalian ?”
“ Sebenarnya kami curiga denganmu, karena selama kau ada di genk kita yang selalu lamban itu kau……”
“ Kami mencoba untuk bersabar tapi kau merusak semuanya.”
“ Maaf kami harus pergi.”
“ Tunggu dulu ini bisa diulang dai awal kan.” Pintaku
“ Tidak Clea semua sudah terlambat.”
“ Jadi sejak awal kalian mau berteman denganku karena aku seorang anak yang kaya.”
“ Iya.” Mereka pun pergi
“ Aku tahu bakal seperti ini jadinya.” Sambil terisak.
Demon, aku baru sadar ia berbuat seperti itu untuk melindungiku. Seisi rumah kutelusuri tapi Demon tidak ada dimana-mana NIHIL. Sakit didadaku muncul kembali berbeda dari biasanya kali ini sakit sekali.
“ BRAKK…” terdengar suara sesuatu jatuh dari dapur. Aku segera kesana sambil merasakan sakit yang luar biasa. Disana ada Demon sedang mencari-cari makanan, berantakan sekali. Kebiasaan lama yang terulang kembali, semuanya seperti dulu. Ternyata jika tidak ada Demon aku akan merasakan sakit dan jika Demon tidak bersamaku maka ia tidak bisa dikontrol. Kami adalah partner, kupeluk dia.
“ Maafkan aku Demon …maafkan!!” Aku menangis sejadi-jadinya.
Jantungku berdetak sangat kencang, pengelihatanku mulai kabur badan tidak bisa merasakan apapun.
Dari kegelapan muncul cahaya putih, tempat yang dingin dan sunyi. Samar-samar tampak dua orang tua mendekatiku, wajah mereka pucat. Astaga mereka kakek dan nenek yang sudah lama meninggal.
“ Selamat datang cucuku kini kau bersama kami.”
“ Mari gandeng tangan nenek !” sambil mengadahkan tangan.
“ Apa aku sudah mati ?” Mereka hanya tersenyum dengan muka keriput di seluruh wajah.
Aku mendengar suara anjing , ini tak asing lagi.
“ Demon…?” senang
“ Sekarang kau bisa memilih Clara bersama kami atau Demon.” Aku harus memilih.
“ Sebenarnya aku masih rindu dengan kakek dan nenek, tapi aku ingin tetap hidup merasakan hari-hariku bersama Demon serta Ayah dan Bunda.” Jelasku
“ Seperti itukah ?”
“ Iya.” Mantap
“ Jika memang itu pilihanmu sekarang pergilah jalani harimu dengan keceriaan.” Perintah kakek.
Aku disuruh masuk kesebuah pintu bersama Demon didalam gelap gulita, terlihat cahaya yang menyilaukan aku menutup mata. Ketika mataku terbuka disana terdapat ruangan besar dan berbau obat.
“ Apa ini di rumah sakit ?” batinku. Disana seorang wanita berdiri disamping ranjang sambil tersenyum sumringah.
“ Bunda……”
“ Clea…..Clea…. kau sudah sadar, dokter…..dokter anakku sudah sadar” teriaknya.
Segera laki-laki berbaju putih bersama asistennya masuk keruangan. Mereka memeriksaku.
“ Selamat Bu anak anda sudah melewati masa kritisnya, setelah ini ia hanya memerlukan perawatan ringan.” Kata dokter.
Setelah keluar dari rumah sakit aku diberi tahu bunda kalau operasi yang dilakukan dokter berhasil kini aku bisa berlari dengan kencang, melakukan apapun semauku, tentunya bersama Demon bersamaku. Seberat apapun jalan menuju masa depan. Aku akan tetap memandang kedepan. Permohonanku sudah terkabul. Akankah hari-hari seperti ini akan berlanjut selamanya.
Bintang Harapan
01.20 |
Label:
B. Indonesia
Langganan:
Posting Komentar (Atom)
0 komentar:
Posting Komentar